Thursday, January 24, 2008

Tumbuh Dalam Badai

tumbuh 19:00
GoetheHaus
Capacity: 301 seats
Jl. Sam Ratulangi 9–15,
T 2355 0208

Sutradara: IGP Wiranegara; Editor: Sastha Sunu; Produser: Putu Oka Sukanta

„Tumbuh dalam badai“ adalah kisah beberapa anak yang berjuang hidup dalam tekanan diskriminasi secara struktural karena orang tua mereka menjadi korban Tragedi Kemanusiaan 1965/66. Mereka pantang menyerah, tumbuh dalam berbagai kondisi untuk bertahan hidup dan mengembangkan dirinya menjadi manusia baru.

Salah satu sosok dalam film ini adalah Wangi Indrya, dalang wayang kulit yang juga penari dan penyanyi. Dia anak salah seorang dalang wayang kulit yang pada zaman Orde Baru menjadi tahanan politik. Wangi Indrya akan mementaskan tarian „Topeng Klana“ sebelum pemutaran film. Setelah pemutaran film akan ada diskusi. Film ini menampilkan salah satu wajah sejarah bangsa Indonesia.

Putu Oka Sukanta, lahir 1939 di Bali, adalah salah seorang sastrawan Indonesia penting. Ia menjadi tahanan politik tahun 1966-76, tanpa diadili, ketika regim Soeharto memburu orang-orang yang dianggap komunis. Setelah dipindahkan dari sel penjara, ke penjara seluas Nusantara, Orde Baru terus melakukan pengawasan, diskriminasi dan stigmatisasi. Tetapi ia setia terus menulis dengan semboyan “Menulis adalah perjuangan untuk hidup” (Writing is struggle for live), sehingga ia menghasilkan beberapa buku kumpulan puisi, novel dan kumpulan cerita pendek, tentang penjara, dan orang-orang yang dimarjinalkan. Diantaranya diterjemahkan ke bahasa asing dan terbit di luar negeri. Sampai sekarang masih tetap menulis puisi, cerpen, novel dan masalah kesehatan.

Sebagai seorang akupunkturis sejak 1978, (ilmu yang sebagian dipelajarinya di penjara dari seorang dokter Tionghoa) ia mengembangkan metode kesehatan swadaya untuk masyarakat, agar orang tidak sepenuhnya bergantung kepada praktisi maupun pelayanan kesehatan. Yayasan yang didirikannya pada tahun 1980, dilarang oleh Orde Baru tahun 1990, karena beberapa praktisi adalah bekas tahanan politik. Akhirnya ia bersama istrinya membangun “ Taman Sringanis “ sebuah gerakan kebudayaan dalam bidang kesehatan, dengan program percontohan tanaman obat, komunikasi, informasi dan edukasi untuk masyarakat luas. Putu sejak tahun 1990-an aktif dalam program penanggulangan pandemi HIV/Aids, dengan pendekatan komplementer, baik dalam bentuk pelayanan maupun pelatihan.

Sekarang Putu, selain membuat film dokumenter, juga menjadi salah satu ketua Ikatan Naturopati Indonesia. Karena beberapa prestasinya ia sempat diundang ke beberapa negara untuk mempresentasikan kegiatannya baik dalam bidang sastra maupun kesehatan.

1 comment:

Tata Surya said...

Menontonkah filmnya? Kalau iya, share dunk dengan buat reviewnya... =)
Ada info akan diputar dimanakah film ini tidak?

Salam kenal,
Tata